Kami berangkat menggunakan kereta ekonomi dari stasiun Bandung pukul 20.00 WIB. Satu fakta baru mengenai tiket kereta ekonomi adalah bahwa sekarang sudah tidak lagi disediakan tiket berdiri. Semua orang harus mendapatkan tiket duduk. Sebagai akibat dari diberlakukannya aturan ini, tiket kereta ekonomi menjadi naik. Yang biasanya dulu tiket duduk/berdiri Rp.30-35 ribu, namun sekarang harganya menjadi Rp. 40 ribu.
Ketika akan berangkat ada kejadian kecil dimana ternyata 3 tiket yang diprint memiliki tanggal yang tidak seharusnya. Dari 9 tiket, 6 tiket diantaranya tercatat tiket tersebut adalah tanggal 7, sementara itu sisanya tanggal 6. Setelah diurus secara cepat kepada petugas loket semuanya relatif berjalan normal. Kami tiba di Stasiun Gambir pukul sekitar 11 malam. Karena kami harus naik kapal di pagi hari kami memutuskan untuk tinggal di peron stasiun.
Ada dua cara menuju pulau tidung. Cara mahal dan cara murah. Cara mahal adalah naik kapal speedboat dari pelabuhan Ancol (Rp 125 ribu). Sementara cara kedua relatif lebih murah yakni menggunakan kapal kayu dari pelabuhan Muara Angke (Rp 25-35 ribu).
Kami memilih Muara Angke yang relatif lebih murah. Dari Gambir supaya lebih cepat kita bisa naik Taksi/tumpangan yang ada di stasiun Gambir. Kami berangkat dari Gambir pukul 5 kurang setelah Shalat Shubuh. Setelah terjadi proses tawar menawar untuk satu mobil/taksi kita charter 5o ribu rupiah. Karena kita 9 orang, jadi kami memesan 2 mobil. Setelah berputar-putar karena supirnya amatir nggak tahu daerah Muara Angke akhirnya kami tiba di sana. Patokannya adalah bahwa pelabuhan Muara Angke dekat dengan pom bensin Pertamina dan Alfamart.
Jangan bingung dimana Anda bisa membeli tiket ketika tiba di Pelabuhan Muara Angke. Setiba di sana pukul 6 pagi kami melihat banyak wisatawan yang ingin ke Pulau Tidung tapi tidak segera naik ke kapal. Sedikit tips dari teman saya. Segera naik ke atas kapal karena bayarnya langsung di kapal. Normalnya ada 2-4 kapal yang ke Pulau Tidung saat berangkat. Tapi entah kenapa hari itu ada 12 kapal yang berangkat menurut sumber yang bercerita kepada saya. Kapal yang kami tumpangi berangkat pukul 7 pagi dan tiba di Pulau Tidung pukul 9.30.
Sebelumnya kami sudah menyewa rumah (homestay) di salah satu rumah penduduk di sana (yang punya orang jakarta sih) sekitar 350.000 untuk satu rumah yang isinya dua kamar tidur, ruang tamu (dijadikan tempat tidur juga oleh kami), dua kamar mandi, dining room, tempat sholat, dan dapur. Rumah itu terhubung sama rumah pemiliknya. Kami diberi makan pagi dan makan malam.
Secara geografis Pulau Tidung terdiri dari dua buah pulau, Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil. Kedua pulau itu bentuknya memanjang sehingga hanya ada satu jalan lurus sepanjang pulau itu. Kedua pulau itu dihubungkan oleh jembatan dari kayu yang oleh penduduk setempat disebut sebagai Jembatan Cinta. Untuk keperluan eksplorasi pulau kami menyewa sepeda yang masing-masing berharga 17.000 rupiah selama kami di sana.
Agenda kami di Pulau Tidung kurang lebih sebagai berikut :
Sabtu, 8 Oktober 2011
9.30 – Tiba di pelabuhan Tidung, menuju ke penginapan
10.30 – Setelah beristirahat sejenak kami mulai jalan-jalan dengan sepeda yang telah disewa. Eksplorasi ke arah timur (Bersepeda hingga ujung timur pulau Tidung Besar, lalu berjalan kaki menuju pulau Tidung kecil)
13.00 – Makan Siang di salah satu warung ikan serba 15.000 rupiah
14.00 – Kembali ke penginapan Shalat
15.00 – Ke pantai ujung timur Tidung Besar, mencoba Banana Boat (35ribu per orang), terjun dari jembatan Cinta, dan berenang di sekitar pantai
17.00 – Kembali ke penginapan untuk persiapan eksplorasi ujung barat Pulau Tidung Besar
17.30 – Eksplorasi ujung barat Pulau Tidung Besar
18.30 – Kembali ke penginapan dari pantai barat P. Tidung Besar
19.15 – Makan Malam
20.00 – Kembali ke pantai timur P Tidung Besar (Jembatan Cinta) menikmati malam
22.00 – Kembali ke penginapan untuk beristirahat
Minggu, 9 Oktober 2011
7.00 – Niatnya ingin berangkat lebih pagi, namun akhirnya kami baru berangkat dari penginapan jam 7 untuk snorkeling. Peralatan yang kami peroleh adalah alat snorkel (terdiri dari kacamata anti air dan pipa), pelampung, dan kaki katak. Kami makan nasi uduk di atas kapal.
8.30 – Kembali dari snorkeling dan tiba di penginapan sekitar pukul 9.00 pagi.
9.30 – Mandi dan makan indomie
10.00 – Istirahat dan persiapan menjelang pulang. Kapal pulang tiba di pelabuhan sekitar jam 13.00
12.00 – Shalat
13.00 – Pulang dari pelabuhan Tidung menuju Muara Angke
15.30 – Tiba di pelabuhan Muara Angke. Kembali menuju gambir menggunakan Taksi dan sampai Bandung dengan selamat.
Well, demikian reportase saya untuk backpacker ke Pulau Tidung pekan lalu. Salam Backpacker
Sumber: Backpacker # Trip to Thousand Islands (Pulau Tidung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar